Showing posts with label dokter. Show all posts
Showing posts with label dokter. Show all posts

Tuesday, October 20, 2015

LOWONGAN KERJA FREELANCE DOKTER PENULIS ARTIKEL BLOG

sumber: http://www.klinikraisha.com

KESEMPATAN MENJADI DOKTER PENULIS ARTIKEL BLOG

lowongan dokter penulis artikel blog
dokter penulis artikel blog
   Anda seorang dokter atau mahasiswa kedokteran tingkat lanjut? Anda memiliki hobi dan keahlian menulis artikel blog? Anda ingin mendapatkan penghasilan tambahan dari hobi dan keahlian tersebut?
   Klinik Vaksinasi Raisha Yogyakarta melalui website resminyahttp://www.klinikraisha.com membuka kesempatan bagi seluruh dokter di Indonesia untuk berbagi ilmu dengan masyarakat umum terutama dalam hal vaksin/vaksinasi/imunisasi. Anda hanya perlu mengirimkan artikel singkat dimana tidak membutuhkan waktu lebih dari 40 menit untuk membuatnya.
   Kirimkanlah artikel Anda dengan cara mengirim tulisan, gambar pendukung, dan jurnal pendukung ke alamat email resmi kami kvraisha@gmail.com
   Artikel akan dipilih seminggu sekali setiap hari Rabu. Setiap minggunya akan dipilih 2 artikel jika memang sudah ada yang memenuhi persyaratan. Untuk artikel yang memenuhi persyaratan kami dan sudah kami publikasikan, Anda akan mendapatkan Rp 50.000,00 /artikel dan akan kami transfer ketika sudah mencapai minimal Rp 100.000,00 (artinya hanya dibutuhkan 2 artikel yang lolos persyaratan untuk mencairkan dana tersebut).
   Kami tidak akan mempublikasikan tulisan yang tidak lolos seleksi dan tulisan tersebut tetap menjadi hak milik Anda. Jika ternyata nanti ada lebih dari 2 artikel yang terpilih dalam satu minggu maka kami tetap akan mengambil artikel Anda, dan Anda tetap berhak mendapatkan Rp 50.000,00 /artikel yang kami ambil meskipun belum kami publikasikan. Pada hari Rabu penulis artikel terpilih akan kami hubungi untuk menginformasikan bahwa karyanya sudah kami pilih dan akan kami gunakan, sehingga penulis dilarang mempublikasikan karyanya di tempat lain. Jadi, kirimkanlah artikel kalian sebanyak-banyaknya, karena semakin banyak yang lolos maka semakin besar pula keuntungan yang Anda dapatkan tanpa harus bersusah payah.

Syarat dan ketentuan artikel:
  1. Tema berkaitan dengan vaksin/vaksinasi/imunisasi (vaksin hpv, hepatitis, dan influenza lebih diutamakan).
  2. Artikel mengulas salah satu jurnal ilmiah terpercaya dengan desain penelitian minimal RCT, dan disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami kalangan non medis.
  3. Pilih judul artikel yang menarik dan mengundang rasa penasaran orang.
  4. Tulisan asli buatan Anda sendiri dan bukan hasil copy paste dari media apa pun.
  5. Tulisan belum pernah dipublikasikan dimanapun.
  6. Panjang tulisan minimal 500 kata.
  7. Format file tulisan .doc atau .docx .
  8. Sertakan gambar pendukung minimal 1 gambar.
  9. Kirimkan jurnal yang menjadi pendukung topik Anda (format .pdf full script, bukan hanya abstract).
  10. Tulisan yang lolos persyaratan sepenuhnya akan menjadi hak milik kami.
  11. Kami berhak mengubah beberapa bagian artikel terutama untuk artikel yang kami rasa penulisannya bagus tetapi mungkin gaya bahasanya masih kurang sesuai dengan website kami (namun artikel yang demikian menjadi prioritas terakhir bagi kami, karena kami lebih mengutamakan artikel yang siap pasang).
  12. Kirimkan data pendukung Anda seperti nama lengkap (disertai gelar), nomor telphone, nomor rekening bank yang akan digunakan untuk pencairan dana.

   Berikut kami sertakan link contoh hasil tulisan di website resmi kami yang mungkin bisa menjadi acuan untuk pemilihan judul, isi artikel, gaya bahasa, dll :
Link 1:
Link 2:

Mudah bukan…
Info lebih lanjut kunjungi:
http://www.klinikraisha.com/kontak-kami/

Wednesday, August 12, 2015

APAKAH VAKSINASI / IMUNISASI HARUS DILAKUKAN OLEH DOKTER SPESIALIS

sumber: http://www.klinikraisha.com
 Pertanyaan di atas terlihat sangat sederhana. Masing-masing orang punya jawaban dan alasan sendiri untuk menjawabnya. Berdasarkan survey sederhana yang telah kami lakukan kami akan coba merangkum jawaban-jawaban tersebut dan memberikan tanggapan untuk tiap poin tersebut.


Bagi yang menjawab "YA" :

1. Dokter spesialis lebih mengetahui vaksin mana yang terbaik untuk anak saya dan pastinya mereka memahami betul tentang seluk beluk vaksin dan jadwal vaksinasi.

Tanggapan:
   Dokter spesialis anak memang paham betul akan vaksin atau imunisasi anak, tetapi informasi seputar vaksin sudah tersedia cukup banyak untuk ditelaah secara ilmiah oleh setiap praktisi medis, baik dari WHO, CDC, ACIP, IDAI, PAPDI dll.
   Untuk masalah jadwal vaksinasi, kita memiliki acuan secara nasional yang sama yaitu jadwal dari IDAI dan PAPDI, meskipun KEMENKES juga mengeluarkan jadwal tersendiri dikarenakan program tersebut harus disesuaikan dengan kebijakan pemerintah yang berujung pada masalah anggaran dan sebagainya. Kami lebih menyarankan penggunaan jadwal oleh IDAI dan PAPDI karena jadwal tersebut dirasa paling optimal untuk memicu respon imun. Jadi jika acuan kita sama, kenapa harus memilih ke dokter yang mana. Sedangkan cara menyuntik juga tidak ada yang berbeda, sedikit variasi mungkin bisa terjadi, bahkan diantara dokter spesialis.
   Apakah jadwal dari KEMENKES salah? Tidak, pemerintah berharap dengan jadwal yang mereka keluarkan bisa meningkatkan cakupan vaksinasi dengan efisiensi terbaik. Jadwal tersebut biasanya digunakan oleh Puskesmas sebagai kepanjangan tangan dari Kemenkes. Puskesmas diharapkan bisa memberikan imunisasi yang bisa dijangkau semua golongan, karena keberhasilan imunisasi ditentukan juga oleh jumlah cakupan yang dicapai. Itulah kenapa puskesmas dilarang menjual vaksin, karena vaksin mereka adalah subsidi dari pemerintah, sehingga pasien hanya membayar administrasi saja.
   Yang perlu diketahui adalah, sediaan vaksin yang ada di puskesmas sebagian besar adalah sediaan multidose, dimana satu vial digunakan untuk beberapa orang. Hal ini tentunya memiliki resiko lebih besar untuk mengalami kerusakan sediaan vaksin dibanding dengan sediaan single dose (satu sediaan untuk satu orang) karena penyimpanan vaksin riskan untuk terjadi kerusakan jika terjadi kesalahan sedikit saja.
   Apa saran kami? Jika Anda memiliki kelebihan rezeki, alangkah lebih baik jika menggunakan sediaan single dose, tetapi jika tidak pun vaksinasi dengan sediaan multidose masih lebih baik daripada tidak divaksin sama sekali. Ingat, kita tidak hanya berpikir masalah optimalisasi respon imun, tetapi juga cakupan imunisasi / vaksinasi.
   Berkat peran para dokter umum dan bidan di Puskesmas, cakupan imunisasi di Indonesia terbilang sudah baik. Bayangkan jika Anda memaksakan ke dokter spesialis yang jumlahnya jauh dari cukup untuk menangani semua pasien di Indonesia, yang terjadi justru Anda akan kehilangan momentum untuk imunisasi anak Anda, dan waktu Anda akan terbuang untuk mengantri, padahal cara, jadwal, dan penanganan pasca imunisasinya sama.


2. Biar bisa sekalian periksa dan mengetahui tumbuh kembang anak saya, jadi biayanya jadi satu.

Tanggapan:
   Untuk alasan ini mungkin bisa dibilang agak tepat. Tetapi perlu diingat, biaya vaksin / imunisasi berbeda dengan biaya periksa, dimana biaya tersebut akan dipisah. Sedangkan biaya vaksinasi atau imunisasi ke dokter spesialis, Anda mungkin lebih mengetahui. Jadi jika dibilang "sekalian" waktunya mungkin benar, tetapi jika "sekalian" biayanya mungkin kurang tepat.


3. Dokter spesialis vaksinnya lebih bagus

Tanggapan:
   Sediaan vaksin di Indonesia tidak terlalu banyak jenisnya, Anda bisa coba cek sendiri. Jumlah keseluruhan merek vaksin kurang dari 50 merek, dimana satu jenis vaksin hanya memiliki dua hingga tiga merek saja. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan obat-obatan yang mereknya bisa ribuan. Sehingga ketika Anda ingin vaksin ke dokter spesialis ataupun tidak, pilihan vaksinnya juga cuma itu-itu saja. Ada sedikit perbedaan untuk sediaan puskesmas seperti yang telah disebutkan sebelumnya.


4. Yang bisa vaksinasi / imunisasi hanya dokter spesialis

Tanggapan:
   Sesuai peraturan yang ada, baik dokter spesialis maupun dokter umum diperbolehkan untuk memberikan segala jenis vaksin. Khusus untuk bidan, hanya diperkenankan untuk vaksin hepatitis B setelah bayi baru lahir, hal ini mengingat pentingnya 1 dosis imunisasi hepatitis B setelah lahir, dimana banyak daerah yang masih mengandalkan bidan untuk membantu persalinan mereka, dan sekali lagi hal ini guna mencapai cakupan yang diharapkan. Jangan lupa, hingga saat ini peran para dokter umum dalam meningkatkan cakupan vaksinasi jauh lebih besar, hal ini mengingat jumlah dokter spesialis yang masih terbatas.
   Permasalahan yang timbul saat ini adalah bagaimana mendapatkan vaksin untuk orang dewasa. Banyak pasien yang masih kebingungan untuk mencari vaksin untuk orang dewasa, padahal jenis vaksin ini sangat beragam dan sangat penting. Misalnya vaksin HPV yang mampu mencegah kanker serviks hingga sekitar 93%, pasien masih bingung apakah bisa mendapatkannya ke dokter spesialis anak, spesialis penyakit dalam, ataukah spesialis kandungan.
   Di Yogyakarta sendiri, masih sedikit dokter spesialis yang memiliki concern lebih untuk masalah vaksinasi dewasa, bahkan masih banyak dokter spesialis yang belum menyediakannya. Satgas imunisasi PAPDI (Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia) di Yogyakarta pun belum terbentuk, sedangkan satgas imunisasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) sudah lama terbentuk. Hal ini bisa dipahami karena vaksinasi dewasa belum menjadi trend di Indonesia, padahal di luar negeri sudah banyak program nasional untuk vaksinasi ini.




Bagi yang menjawan "TIDAK"

1. Saat ini kami imunisasi anak di puskesmas dengan dokter umum hasilnya baik-baik saja.

Tanggapan:
   Memang benar, karena puskesmas juga telah memiliki protap khusus masalah vaksinasi. Berkat peran puskesmas cakupan vaksinasi mencapai jumlah yang diharapkan. Cakupan adalah jumlah orang minimal yang harus divaksinasi guna mencegah penyakit tersebut dalam satu populasi. Misal target cakupan imunisasi DPT adalah 90%, artinya dengan memvaksin 90% populasi tersebut kita sudah bisa mencegah berjangkitnya penyakit tersebut dalam satu populasi tersebut. Sehingga jika kita hanya mengandalkan jumlah dokter spesialis yang terbatas, maka masih ada kemungkinan populasi tersebut mengalami penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksinasi, dan bahkan orang yang sudah divaksin pun menjadi tetap beresiko terkena penyakit tersebut meskipun dalam persentase yang lebih kecil.


2.Vaksin ke dokter spesialis lebih mahal

Tanggapan:
   Ya Anda mungkin sudah tahu bagaimana menanggapinya. Padahal cara, jadwal, dan penanganan pasca imunisasi nya sama karena pedoman acuan yang sama. Dan pemberian vaksin itu sangat mudah, bahkan yang bukan praktisi medis pun bisa diajarkan tidak samapi 5 menit sudah bisa memberikan suntikan vaksin. Tetapi peraturan melarang hal tersebut karena banyak hal yang perlu dipertimbangkan termasuk bagaimana menangani reaksi pasca imunisasi.




Tanggapan secara keseluruhan:
   Kami bukan ingin melarang Anda untuk imunisasi atau vaksinasi ke dokter spesialis, karena kemantapan hati juga menjadi kunci kesuksesan sebuah usaha, dalam hal ini adalah usaha untuk mencegah suatu penyakit. Hanya saja yang perlu dipahami bahwa vaksinasi atau imunisasi tidak harus ke dokter spesialis karena jadwal, cara, dan jenis vaksin yang Anda dapatkan sama.
   Untuk itulah kami Klinik Vaksinasi Raisha mengajak rekan-rekan dokter umum sekalian untuk bisa berpartisipasi mensukseskan program vaksinasi. Masih banyak vaksinasi yang belum tersentuh oleh puskesmas dan dokter spesialis khususnya vaksin-vaksin untuk orang dewasa (seperti vaksin anti kanker serviks; anti influenza; anti tifoid; anti hepatitis A; anti tetanus, difteri, pertusis; anti pneumonia, dll) dan beberapa vaksin anak yang tidak bisa didapatkan di puskesmas (seperti vaksin anti rotavirus (diare); DPT, Hib, IPV, Hepatitis B (hexavalent/combo); dll).
   Peran para dokter umum ini bisa digunakan untuk meningkatkan cakupan yang dibutuhkan, hal ini karena jumlah dokter umum yang terhitung lebih banyak dan bisa menjangkau semua kalangan dari anak hingga lansia, dan diharapkan bisa memberikan vaksinasi / imunisasi dengan harga yang relatif lebih terjangkau meskipun menggunakan merek yang sama dan tetap mengacu pada pedoman yang sama dengan seluruh dokter di Indonesia.