Penyakit tetanus, dikenal juga sebagai penyakit “Lock
Jaw” (rahang yang terkunci), adalah suatu penyakit yang unik, karena bukan
penyakit menular, namun selalu dianjurkan untuk mendapatkan imunisasi
rutin terhadap penyakit ini.
Penyakit tetanus disebabkan neuro-toksin (racun saraf) yang
dikeluarkkan oleh kuman Clostridium tetani, yang
terdapat pada tempat yang kotor dan didalam luka yang kotor tidak terawat atau
luka yang dalam,sehingga terjadi situasi anaerobic /hypoaerobic, yaitu situasi
dimana karena luka yang dalam, sehingga kadar oksigen menjadi sangat sedikit
bahkan tidak ada, hal ini memudahkan spora kuman C tetaniuntuk
berkembang biak dan mengeluarkan neuro-toksin yang akan menyebar keseluruh
organ tubuh, dan menimbulkan kejang hebat dan kematian.
Manifestasi Penyakit
Tetanus
Masa
inkubasi – bisa berlangsung beberapa hari hingga beberapa bulan sejak
terinfeksi dengan kuman ini, tapi umumnya adalah antara 3 hari hingga 3 minggu
setelah infeksi. Lamanya masa inkubasi sampai terjadinya gejalah penyakit, juga
berat ringannya penyakit, ada hubungan dengan jarak luka dengan susunan saraf
pusat atau otak, semakin dekat jarak lukanya, maka semakin cepat masa inkubasi
dan terjadinya gejalah penyakit tetanus, juga semakin berat penyakit tetanus
yang akan terjadi.
Gejala Penyakit Tetanus
Gejala paling umum adalah kejang kaku otot pengunyah mulut
(50%) sehingga terjadi yang disebut “lock jaw” (rahang terkunci), kejang
ini bisa diikuti oleh kejang otot tubuh yang lain, seperti otot leher, otot
dada, otot bagian punggung, otot perut dan otot anggota gerak tubuh. Kontraki
kejang ini sedemikian hebatnya, bisa menyebabkan patah tulang panjang dan tulang
belakang, juga menimbulkan banyak komplikasi yang lain hingga kematian bila
kejang ini terjadi pada otot pernafasan.
Epidemiologi
Menurut
data tahun 1984, bahwa telah terjadi 1 juta kematian bayi yang baru berusia
beberapa hari, karena menderita tetanus neonatorum sepanjang tahun. Ada sekitar
310.000 hingga 700.000 kasus tetanus dengan angka kematian antara 122.000
hingga 300.000 pertahun.
Dengan
pemberian vaksin yang mengandung tetanus toksoid, maka angka kematian ini sudah
menurun drastis, meskipun masih ada juga kasus kematian yang dilaporkan setiap
tahunnya, hal ini terutama terjadi dinegara sedang berkembang.
Jenis Penyakit Tetanus
Menurut cara terjadinya, penyakit tetanus bisa
dibagi menjadi :
1.
Tetanus
Neonatorum – terjadi pada
saat bayi baru berusia 3 hingga 14 hari (90%), umumnya terjadi karena infeksi
pada tali pusat, karena proses pemotongan dan perawatan tali pusat yang
tidak higienis, dan biasanya bayi ini lahir dari ibu yang tidak mempunyai
antibody terhadap kuman tetanus, artinya ibu ini tidak pernah mendapatkan
vaksinasi anti tetanus, atau vaksinasi tetanus tidak lengkap, atau tidak
mendapatkan vaksinasi (booster) sebelum menikah. Angka kematian untuk tetanus
neonatorum adalah sekitar 95% untuk yang tidak sempat diberikan pengobatan dan
sekitar 10 – 90% dengan pengobatan.
2.
Tetanus
karena kecelakaan atau luka –
ini sering terjadi pada luka yang luas, luka yang dalam seperti luka karena
tusukan, luka bakar, luka karena kecelakaan, dimana perawatan luka tidak sesuai
dengan standard perawatan luka yang harus dituruti, seperti aseptik,
pembersihan jaringan rusak atau jaringan mati dari luka, pemberian antibotika
lokal dan sistemik yang tidak memadai, dll.
Pengobatan Penyakit
Tetanus
Tujuan pengobatan tetanus adalah :
1.
Mencegah neuro-toksin
yang masih ada dalam tubuh mencapai susunan saraf pusat, sehingga akan
mencegah, menghentikan kemungkinan kejang otot-otot tubuh
2.
Membasmi kuman C tetani
yang ada dalam tubuh, sehingga menghilangkan sumber kuman yang memproduksi
neuro-toksin dalam tubuh
3.
Perawatan
supportif/penunjang bagi pasien selama sakit, untuk mencegah komplikasi dan
segala akibatnya
Imunisasi Pasif
Pada
awalnya, orang telah menggunakan anti-toksin tetanus kuda untuk pencegahan dan
pengobatan penyakit tetanus, ini banyak dilakukan saat Perang Dunia Pertama.
Karena banyaknya efek simpang dan reaksi alergi dengan anti-toksin kuda ini,
akhirnya diganti dengan Human Tetanus Immune Globulin (TIG) pada tahun 1960,
dengan dosis antara 3.000 – 6.000 unit diberikan secara intramuskuler, yang
lebih baik dalam hal reaksi simpang dan alergi ini.
Dikatakan bila titer anti-toksin telah mencapai tingkat 0.01
IU/mL, maka sudah tercapai tingkat perlindungan terhadap penyakit tetanus.
Bila TIG tidak ada , kita bisa berikan Immune
Globulin Intravena dengan dosis 200 – 400 mg/kg berat badan.
Imunisasi Aktif
Seperti
proses perkembangan awal pembuatan vaksin difteri toksoid, maka ilmuwan membuat
toksoid dari toksin tetanus, dengan menambahkan sejumlah kecil formaldehide,
maka efek toksik dihilangkan, namun tetap mempertahankan efek imunogenik untuk
meranggsang reaksi sistim pertahanan tubuh manusia, untuk bisa membuat antibody
untuk melawan kuman tetanus ini.
Pada tahun 1927, Ramon dan Zoeller berhasil menggabungkan vaksin toksoid difteri dengan vaksin
toksoid tetanus menjadi vaksin kombinasi, dengan hasil klinik yang memuaskan. Kedua
ilmuwan ini juga menemukan fakta penting, bahwa penyakit tetanus neonatorum sebenarnya bisa
dicegah dengan memberikan vaksinasi dan imunisasi tetanus kepada ibu hamil,
minimal 2 dosis selama kehamilan.
Sejarah perkembangan
vaksin tetanus toksoid
Vaksin tetanus toksid saja (TT) ,
dikombinasikan dengan vaksin toksoid difteri menjadi vaksin
DT, di-indikasikan untuk pemakaian bayi, sedangkan vaksin kombinasi Td (dosis
difetri lebih sedikit), di-indikasikan untuk pemakaian orang dewasa.
Saat
ini kita banyak menggunakan vaksin kombinasi yang mengandung vaksin toksoid
tetanus dan toksoid difteri, dan digabungkan juga dengan vaksin pertusis,
misalnya vaksin kombinasi pertama yang dihasilkan pada tahun 1927, yaitu vaksin
DTwP.
Lalu vaksin kombinasi DTP ini masih digabungkan lagi dengan vaksin
Haemophilus Influenzae type B (Hib), menjadi vaksin DTP-Hib.(quadri-valent
vaccine). Atau digabung lagi dengan Inactivated Polio Vaccine (IPV),
menjadi vaksin kombinasi DTP-Hib-IPV(penta-valent vaccine).
Sekarang sudah ada vaksin kombinasi DTP dengan
Hepatitis B, sehingga menjadi vaksin kombinasi DTP-Hib-IPV-Hep B (Hexa-valent
vaccine)
Jadwal Imunisasi Vaksin
Tetanus Toksoid atau Vaksin yang Mengandung Vaksin Tetanus Toksoid
Yaitu
mulai diberikan sejak bayi telah berusia 2 bulan, kamudian dosis ke2 pada saat
usia mencapai 4 bulan dan dosis ke3 pada usia 6 bulan. Dosis ke 4 pada saat
bayi telah berusia antara 15 – 18 bulan. Dosis terakhir, yaitu dosis ke5
diberikan saat anak mulai masuk sekolah sebelum berusia 7 tahun.
Perhatikan
jarak interval antara suntikan dosis ke3 dan dosis ke4 harus berjarak minimal 6
bulan dari suntikan dosis ke3.
Efektifitas
vaksin tetanus toksoid bisa bertahan hingga sekitar 10 tahun lamanya, sehingga
vaksinasi ulangan atau booster dosis baru perlu diberikan setelah 10 tahun
kemudian untuk mempertahankan imunitas kita.
Perhatian:
·
Vaksinasi tetanus tetap
harus diberikan bagi mereka yang pernah sakit tetanus sebelumnya, karena pernah
sakit tidak menjamin bahwa orang tersebut akan kebal terhadap infeksi dan
segala akibat dari kuman tetanus.
·
Tetanus neonatorum bisa
dicegah dengan memberikan vaksinasi tetanus toksoid untuk ibu hamil, minimal 2
dosis, interval minimal 1 bulan antara dosis ke1 dan dosis ke2, dengan
pemberian dosis ke 2 sekitar 2 minggu sebelum melahirkan, ini bisa mencegah
hingga 80% kasus tetanus neonatorum.
·
Kehamilan bukan
kontraindikasi untuk vaksinasi tetanus toksoid
·
Tidak perlu mengulang
seluruh jadwal vaksinasi bila ada yang terlewatkan, juga lama interval antara
dosis pemberian, tidak mempengaruhi hasil imunisasi tetanus ini.
·
Untuk vaksinasi orang
dewasa, kita mempergunakan vaksin Td, atau vaksin Tdap yang
telah beredar di Indonesia
Siapa Saja Yang
Memerlukan Vaksinasi Tetanus ?
1.
Wanita hamil, gadis
remaja dan wanita usia subur, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi tetanus
sebelumnya, atau yang vaksinasi tetanusnya tidak lengkap. Minimal 2 dosis tetanus
toksoid (Td atauTdap vaksin) bisa mencegah hingga 80%
kasus tetanus neonatorum
2.
Personil militer yang
bertugas aktif di lapangan
3.
Para penjelajah alam
4.
Mereka yang mendapatkan
kecelakaan lalu lintas, luka bakar yang luas, luka senjata dan luka tusukan
yang dalam
No comments:
Post a Comment